Narasi Muslim

Blogger Muslim Sejati

Blogger Muslim Sejati

Wednesday, July 11, 2018

Kisah Akhir Hayat Majusi yang Hormati Orang Puasa


Siang itu, matahari Ramadhan cukup terik. Guyuran cahayanya berhasil membuat suhu udara kota semakin memanas. Sudah barang tentu kondisi ini semakin menambah lemah nan lesu kaum Muslimin yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Di tengah kering kerontangnya kerongkongan, di kejauhan terlihat seorang anak yang tengah asyik menyantap makanan ketika kaum Muslimin yang menahan lapar dan dahaga. Oh ternyata, maklum saja, ia adalah putra seorang Majusi, penganut agama penyembah api. 

Syahdan, ketika melihat putranya menyantap makanan dengan lahapnya tanpa menghiraukan kaum Muslim di sekitar, sang ayah lantas memukul anaknya seraya berujar, "Mengapa engkau tidak menjaga kehormatan kaum Muslimin pada bulan Ramadhan?"

Tak selang berapa lama, pascakejadian tersebut, sang ayah kemudian meninggal dunia di pekan itu juga. Lantas ada seorang shalih di daerah tersebut berjumpa dalam mimpi dengan si ayah yang beragama majusi itu sedang berada di surga, dikelilingi nikmat tiada tara.

"Wahai fulan, bukankah anda seorang Majusi?" tanya orang shalih keheranan melihat ia di surga.

"Memang, tapi itu dulu. Sebelum aku meninggal, Allah memuliakanku dengan memberi hidayah sehingga aku memluk agama Islam sebab aku memuliakan bulan Ramadhan dengan menjaga kehormatan kaum Muslimin yang menjankan ibadah puasa," tutur si Majusi.

Subhanallah, betapa Ramadhan begitu melimpah akan rahmat. Seorang non-Muslim pun akhirnya mendapatkan kasih sayang berupa hidayah. Sehingga di akhir hayatnya ia meraih husnul khatimah, akhir hayat yang baik, oleh sebab ia menghormati hak-hak orang Islam yang sedang berpuasa.

Lantas, bagaimana jadinya kita sebagai kaum Muslimin sendiri andai mau menyadari dan memuliakan bulan Ramdhan. Maka maha benar Allah dan rasul-Nya yang berkata dalam salah satu hadits yang menerangkan bahwa tiada ganjaran puasa melainkan Allah sendiri yang akan membalasnya. Ya, karena makhluk tak akan sanggup menghitung keutamaan di bulan Ramadhan.  (Ulin Nuha Karim)

Dinarasikan dari kitab "Nuzhatul Majalis", sebagaimana disampaikan pula oleh Pengasuh Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo KH Muhammad Shofi Al Mubarok  pada momen khutbah Jumat. 

Kisah Akhir Hayat Majusi yang Hormati Orang Puasa
Siang itu, matahari Ramadhan cukup terik. Guyuran cahayanya berhasil membuat suhu udara kota semakin memanas. Sudah barang tentu kondisi ini semakin menambah lemah nan lesu kaum Muslimin yang sedang menjalankan ibadah puasa.

Di tengah kering kerontangnya kerongkongan, di kejauhan terlihat seorang anak yang tengah asyik menyantap makanan ketika kaum Muslimin yang menahan lapar dan dahaga. Oh ternyata, maklum saja, ia adalah putra seorang Majusi, penganut agama penyembah api. 

Syahdan, ketika melihat putranya menyantap makanan dengan lahapnya tanpa menghiraukan kaum Muslim di sekitar, sang ayah lantas memukul anaknya seraya berujar, "Mengapa engkau tidak menjaga kehormatan kaum Muslimin pada bulan Ramadhan?"

Tak selang berapa lama, pascakejadian tersebut, sang ayah kemudian meninggal dunia di pekan itu juga. Lantas ada seorang shalih di daerah tersebut berjumpa dalam mimpi dengan si ayah yang beragama majusi itu sedang berada di surga, dikelilingi nikmat tiada tara.

"Wahai fulan, bukankah anda seorang Majusi?" tanya orang shalih keheranan melihat ia di surga.

"Memang, tapi itu dulu. Sebelum aku meninggal, Allah memuliakanku dengan memberi hidayah sehingga aku memluk agama Islam sebab aku memuliakan bulan Ramadhan dengan menjaga kehormatan kaum Muslimin yang menjankan ibadah puasa," tutur si Majusi.

Subhanallah, betapa Ramadhan begitu melimpah akan rahmat. Seorang non-Muslim pun akhirnya mendapatkan kasih sayang berupa hidayah. Sehingga di akhir hayatnya ia meraih husnul khatimah, akhir hayat yang baik, oleh sebab ia menghormati hak-hak orang Islam yang sedang berpuasa.

Lantas, bagaimana jadinya kita sebagai kaum Muslimin sendiri andai mau menyadari dan memuliakan bulan Ramdhan. Maka maha benar Allah dan rasul-Nya yang berkata dalam salah satu hadits yang menerangkan bahwa tiada ganjaran puasa melainkan Allah sendiri yang akan membalasnya. Ya, karena makhluk tak akan sanggup menghitung keutamaan di bulan Ramadhan.  (Ulin Nuha Karim)

Dinarasikan dari kitab "Nuzhatul Majalis", sebagaimana disampaikan pula oleh Pengasuh Pesantren Sirojuth Tholibin Brabo KH Muhammad Shofi Al Mubarok  pada momen khutbah Jumat. 

No comments:

Post a Comment